BANTUAN LANGSUNG
SEMENTARA MASYARAKAT, APA KATA WARGA?
Kenaikan harga bahan bakar minyak
membawa dampak meluas di masyarakat. Berbagai harga kebutuhan pokok ikut naik. Semua
masyarakat merasakan dampaknya, termasuk mereka yang ada di desa-desa. Untuk membantu
mengurangi beban masyarakat tidak mampu, mereka yang paling terpengaruh oleh
adanya kenaikan BBM, pemerintah mengeluarkan Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM).
Namun, BLSM yang hanya diberikan
sejumlah Rp300.000 per bulan ini dinilai tidak cukup. Apalagi jumlah penerima
BLSM tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah garis
kemiskinan. Berbagai kemelut dan kontroversi telah mengiringi keberadaan BLSM
tapi toh di atas semuanya program ini
tetap berjalan. Lalu bagaimana pendapat dari masyarakat?
Berikut ini merupakan aspirasi masyarakat yang dihimpun melalui survei yang dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2013 oleh tim KKN UNY 2013 Kelompok 68. Masyarakat yang menyampaikan suaranya adalah masyarakat Dusun Sembuku, Desa Dadapayu, Kabupaten Gunungkidul. Di dusun yang memiliki 93 KK ini terdapat 17 KK yang menerima BLSM.
41,7% dari responden mengatakan bahwa
BLSM bermanfaat sedangkan 37,5% mengatakan kurang bermanfaat dan sisanya 20,8%
mengatakan sangat bermanfaat. Bagi yang mengatakan BLSM bermanfaat, jumlah uang
tersebut, meski tidak cukup untuk memenuhi biaya hidup per bulan (96,7%
responden mengatakan bahwa uang sejumlah itu tidak cukup untuk memenuhi biaya
hidup bulanan), uang tersebut masih bisa membantu keluarga tidak mampu. Sebagian
yang mengatakan kurang bermanfaat beralasan bahwa BLSM masih sering salah sasaran.
Hal ini terbukti dengan hasil survei bahwa yang menyatakan BLSM salah sasaran
dominan dengan 83,3%, hanya terpaut sedikit dengan yang menyatakan BLSM
bermasalah, yaitu sebanyak 85,2% responden.
Sebagian berpendapat bahwa BLSM tidak solutif karena jumlahnya yang kecil sehingga 76,7% dari responden menginginkan kenaikan jumlah bantuan. Dengan syarat harus tepat sasaran dan tidak bermasalah, 81,5% responden menghendaki BLSM tetap dilanjutkan. Meskipun belum berhasil mengatasi dampak kenaikan harga BBM seperti yang dikatakan 72,4% responden, bantuan perlu untuk diberikan kepada masyarakat kurang mampu, entah dalam bentuk BLSM dengan sistem lebih baik atau bentuk bantuan lain. Hanya sedikit responden yang memberikan suaranya tentang bantuan alternatif selain BLSM, sebagian responden menyebut beras miskin (Raskin), Bantuan Langsung Program Keluarga Harapan (PKH), dan Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai bantuan lain yang dapat membantu memberikan ketahanan ekonomi bagi rakyat miskin di desa.
Ketika menjawab tentang adil atau tidak adil pembagian BLSM ini, 43.3% responden menjawab bahwa BLSM adil. Sisanya 56,7% mengatakan tidak adil dengan alasan adanya kasus salah sasaran di berbagai tempat yang rawan menimbulkan kecemburuan antartetangga.
Di media massa, adalah wajar untuk
melihat berbagai spekulasi bahwa pemberian BLSM merupakan sarana pemerintah untuk
meraih simpati rakyat jelang Pemilu 2014. Di Dusun Sembuku yang memang kawasan
pedesaan, isu tersebut tidak santer ditanggapi. 55,2% responden mengatakan
bahwa BLSM memang dimanfaatkan oleh pimpinan pemerintah untuk meraih simpati rakyat
jelang Pemilu sedangkan sisanya 44,8% menyatakan BLSM tidak ada hubungannya dengan
tujuan menarik simpati rakyat.
Dari berbagai jawaban responden untuk
masing-masing jawaban, dapat digarisbawahi bahwa masyarakat Dusun Sembuku tetap
menginginkan adanya sebuah bantuan bagi warga tidak mampu. Mereka ingin BLSM,
atau bantuan apapun, untuk meringankan beban masyarakat menghadapi kenaikan
harga BBM. Apalagi survei dilakukan setelah lebaran, sesaat setelah mereka
merasakan lonjakat harga. Mereka merasakan kebutuhan bantuan tetapi cukup
menyadari bahwa BLSM dan sistemnya belum optimal diterapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar